Friday, February 26, 2010

Permen PAN No.16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru Dan Angka Kreditnya

Sejak pertamaX q dengar da Permen PAN No 19 tahun 2009 tentang jabatan fungsional guru (yang akan segera diberlakukan), sejak itu q coba cari-cari di google, tp gak pernah ketemu. Dari informasi terbaru, ternyata q salah catat, bukan permenpan no 19 tahun 2009 tapi Permen Pan No. 16 Tahun 2009. Karena rasa ingin tahu tentang Permen PAN tersebut, pagi liburan ini (Jum'at, 26 Februari 2009) q coba browsing di google, ah... ketemu juga akhirnya di http://akhmadsudrajat.wordpress.com/. Bagi rekan-rekan yang mau mempelajarinya silahkan ambil/donlod di sini
File-nya diekstrak dulu pakai winrar. Tuk yang belum punya WinRar dapat donlod di sini.
Pada Pak Akhmad Sudrajat... makasih ya...

Sunday, December 13, 2009

Contoh Case Study dalam Pembelajaran Matematika

BUKAN HAL BARU, MENGAPA SULIT PAHAM?

Oleh: Ladi, S.Pd (Guru SMPN 1 Lekok Kab Pasuruan, Jatim)

Menjadi guru matematika adalah impian yang sangat saya dambakan sejak lulus SMA. Menurutku, selain guru olah raga, menjadi guru matematika adalah guru yang paling santai. Setelah menerangkan materi pelajaran, kemudian siswa diberi tugas, maka selanjutnya kita tinggal menunggu mereka bekerja. Ternyata dugaanku salah. Jadi guru matematika ternyata lebih sulit, karena pelajaran matematika sangat tidak disukai oleh kebanyakan siswa.

Pagi hari ini adalah hari pertama aku mengajar untuk tahun ajaran baru ini. Materi yang harus aku berikan kepada anak-anak adalah OPERASI BILANGAN BULAT di kelas 1 (satu) SMP. Indikatornya: menjumlah dan mengurangi bilangan bulat. Setelah proses belajar mengajar selesai saya mengharapkan siswa dapat menjumlah dan mengurangi bilangan bulat, serta dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Setelah memberi salam saya meminta ketua kelas untuk memimpin berdoa, dengan harapan semoga proses pembelajaran berjalan sesuai dengan yang di harapkan, dan bermanfaat. Setelah proses berdoa selesai saya mengecek kehadiran anak-anak.

Saya memulai pembelajaran dengan menanyakan seputar materi yang pernah di dapat di sekolah sebelumnya (di Sekolah Dasar). Saya bertanya:” Apa yang dimaksud bilangan bulat? Siapa yang dapat menuliskan Himpunan Bilangan Bulat?” Dari jawaban beberapa siswa, saya kaget karena mereka masih belum paham apa itu bilangan bulat.

Setelah saya mengingatkan tentang bilangan bulat yang sudah diberikan di SD dan bagaimana cara mengoperasikan bilangan bulat maka saya mulai masuk pada materi pokok menjumlah dan mengurangi bilangan bulat. Saya buat beberapa contoh soal menjumlah dan mengurangi bilangan bulat di papan tulis, yaitu, 6 + 7=..., (-5)+6=..., 4 +(-7)=..., 5 – 3=..., 5 – 8=..., 5 – (-5)=.... Saya memberi dua macam contoh cara pengerjaan yang berbeda pada anak, agar mereka dapat memilih cara yang sesuai dengan keinginan dan kemampuan mereka.

Contoh pengerjaan pertama adalah 6+7=.... Pada soal ini saya meminta salah satu anak untuk ke depan mengerjakannya. Ternyata siswa tidak mengalami kesulitan. Berikutnya (-5) +6 =.... Saya bertanya kepada Rudi:” Berapa hasil dari (-5)+6?” Rudi menjawab:”Min satu” Saya bertanya kepadanya:” Darimana diperoleh negatif satu?” Ia terdiam. Saya tanyakan ke siswa lainnya. Tak ada satupun yang menjawab.

Selanjutnya saya menjelaskan pada mereka dengan menggunakan garis bilangan, seperti cara yang sudah mereka dapatkan di SD. Untuk menghitung (-5) + 6, pijakan hitungan mulai dari angka 0. Karena bilangannya (-5) maka melangkah kekiri 5 satuan, kemudian karena 6 positif maka dari (-5) melangkah kekanan 6 satuan dan berhenti. Ternyata berhenti di angka 1. Oleh karena itu (-5) +6 = 1.

Berikutnya saya menjelaskan cara yang kedua, yaitu dengan mengumpamakan bilangan positif tabungan untuk mengembalikan hutang, dan bilangan negatif itu besarnya hutang. Dengan demikian bila hutangnya lima (-5) kemudian tabungannya 6, maka setelah membayar hutang akan tersisa tabungan 1. Oleh karena itu (-5) +6 = 1.

Selanjutnya saya minta satu persatu anak mengerjakan soal: (-5)+6 =..., 4 +(-7) =..., 5 – 3 =..., dan 5 – 8 =... di papan tulis. Satu persatu anak maju. Ketika seorang siswa mengerjakan 5 – (-5)=..., waktu cukup banyak tersita. Anak tersebut hanya diam saja di depan kelas. Tampak ia memilih cara dengan garis bilangan. Langkah pertama digambarkannya melangkah 5 ke kanan, kemudian dia kelihatan binggung melihat –(-5). Kemudian ia melangkah kekiri sebanyak 5. Saya membantunya dengan menjelaskan bahwa operasi pengurangan merupakan lawan dari operasi penjumlahan atau mengurangi sama dengan menjumlah dengan lawannya, sehingga harus balik. Dengan banyak bantuan akhirnya anak tersebut dapat melakukan pengurangan dengan bilangan negatif. Dari proses mengerjakan ke papan tulis tadi saya berkesimpulan bahwa anak-anak belum lancar mengerjakan operasi bilangan bulat dengan garis bilangan. Saya melihat anak-anak bingung bila sudah menyangkut pengurangan.

Selesai pengerjaan di papan tulis, saya lakukan pembahasan soal yang telah dikerjakan. selanjutnya saya memberi kesempatan kepada mereka untuk bertanya bila masih ada materi yang belum dimengerti. Rupanya tak ada yang bertanya. Berikutnya saya memberi tugas atau latihan yang dikerjakan bersama kelompoknya masing-masing. Setiap kelompok terdiri dari 4 orang. Soal latihannya adalah: 1 – 5=..., (-5) – 4=..., 3 – (-2)=..., (-6) – (-4)=..., dan 6 – (-4)=....

Pada saat anak-anak bekerja dalam kelompok, saya berkeliling ke seluruh kelompok untuk melihat hasil kerja tiap-tiap kelompok, sambil memberikan bimbingan yang diperlukan secara terus menerus. Dan saya temukan pada tiap kelompok ada siswa yang tidak aktif, dia cenderung diam tidak mau ikut memikirkan bagaimana cara mendapatkan hasil dari proses penjumlahan atau pengurangan pada tugas tersebut. Untuk mengetahui hasil kerja kelompok maka perwakilan dari masing-masing kelompok menuliskan hasilnya di papan tulis. Wakil-wakil kelompok kelihatan lancar menuliskan hasil kerjanya. Saya tidak heran karena yang maju semuanya adalah anak yang paling mampu di kelompoknya.

Setelah selesai penulisan hasil kerja kelompok masing-masing, saya bertanya kepada semua anak apakah sudah paham dengan cara menyelesaiakan soal-soal tadi. Ternyata mereka umumnya diam saja. Ini menandakan bahwa masih belum paham betul mengenai penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Saya berpikir bahwa jangan-jangan untuk yang bilangan bulat positif dijumlahkan atau dikurangkan dengan bilangan bulat positif saja mereka belum terampil. Namun saya juga melihat bahwa beberapa anak sudah lancar menjumlah dan mengurangkan bilangan bulat, baik yang positif maupun yang negatif. Saya sadari bahwa setiap anak punya daya pikir ataupun pemahaman yang berbeda-beda. Ada anak yang dijelaskan berulang kali namun masih belum paham juga, sementara bagi anak lain yang daya pikirnya cepat hal ini sangatlah mudah.

Selanjutnya anak-anak saya ajak untuk membahas hasil dari presentasi tiap-tiap kelompok tadi. Saya minta mereka untuk membetulkan pekerjaan mereka yang masih salah. Dan akhirnya saya bersyukur bahwa pembelajaran saya yang pertama pada tahun ajaran ini dapat saya lampaui dengan baik, dan berjalan lancar dan situasi yang tidak tegang. Walaupun demikian saya masih bertanya-tanya dalam hati kenapa anak-anak masih belum paham mengenai operasai pada bilangan bulat, padahal pelajaran ini sudah mereka dapatkan di sekolah sebelumnya. Apakah ingatannya yang kurang ataukah penjelasannya yang memang kurang jelas, inilah yang terus saya pikirkan sampai saat ini. Dan saya membayangkan apakah mereka bisa mengerjakan soal-soal yang saya berikan untuk dikerjakan di rumah.

Sumber : BBM Matematika SMP

Friday, November 6, 2009

Contoh Case Study dalam Pembelajaran

Sulitkah mempertahankan minat belajar Siswa ?

Oleh: Helsi, Sumedang.

Sebagai seorang guru, saya berkeinginan agar siswa merasa senang saat belajar dan tetap mengikuti pembelajaran sampai jam pelajaran berakhir. Pada kesempatan ini pelajaran yang akan saya sampaikan adalah materi Klasifikasi zat.

Konsep yang tercantum dalam RPP adalah Asam, Basa dan Garam dalam kisaran Standar kompetensi: Memahami klasifikasi zat, sedangkan Kompetensi dasar: Melakukan percobaan sederhana dengan bahan yang diperoleh dalam kehidupan sehari hari. Konsep Asam, basa dan garam diajarkan di kelas VII semester 1. Seperti kita ketahui bahwa pelajaran Kimia baru mulai dipelajari siswa setelah masuk SMP. Sehingga siswa yang baru tamat SD tersebut masih sangat merasa asing terhadap Laboratorium beserta alat dan bahannya sampai petunjuk kegiatannya (LKS).

Sabtu, 23 Agustus 2008, pukul 09.50, dilaksanakanlah pembelajaran di kelas 7 D SMPN 2 Tanjungsari. Kegiatan belajar saat itu menggunakan pendekatan kontekstual dan siswa belajar dalam kelompok yang terdiri atas 4 orang dan dibagi menjadi 10 kelompok. Setting meja dan bangku disusun membentuk angka II. Pada awal pembelajaran saya lupa meminta siswa untuk menghadap ke depan papan tulis, sehingga ada beberapa siswa yang membelakangi guru. Saat itu saya begitu bersemangat untuk membawa siswa mengerti akan konsep kimia ini.

Apersepsi disampaikan dalam waktu kurang dari 15 menit, dan ada beberapa siswa yang belum siap untuk belajar. Mereka masih mengawasi sekeliling ruangan yang masih sangat asing baginya. Saya mulai menjelaskan bermacam macam indicator dan ciri asam basa yang biasa dikenal, seperti ciri pada cuka dan sabun. Kemudian penjelasan berlanjut pada alat dan bahan eksperimen .

Saya memperhatikan ada beberapa siswa yang tidak mengikuti penjelasan itu. Penjelasan yang disampaikan dianggap angin lalu dan mereka asyik melihat keliling ruangan Lab. Reki adalah satu dari siswa tadi yang mengantuk dan meletakkan kepalanya di meja.

“Anak-anak, tahukah kalian mengapa untuk mengurangi sakit pada lambung orang sering menggunakan obat seperti antasid? “ Ucapan saya mulai sedikit menarik perhatian siswa saat melakukan tahap kontak dalam kontekstual. Lalu kegiatan belajar mulai melangkah ke tahap kuriositi,” Coba kalian Perhatikan tabung reaksi yang berisi ekstrak kulit buah Manggis ini, apa warnanya? Sekarang Ibu akan mencampurkannya dengan larutan antasid, sedikit kita aduk dan perhatikanlah…… dan ternyata campuran itu jadi berubah warna. Mengapa begitu , apa ada yang tahu alasannya”? Semua siswa terdiam dan terkagum- kagum. Demikianlah demontrasi tersebut dilakukan sehingga terciptalah rasa ingin tahu siswa.

Tiba saatnya siswa ditugaskan untuk bereksplorasi dengan media pembelajaran dengan di pandu oleh LKS pada tahap elaborasi. Setiap siswa mendapatkan 2 lembar LKS. Ada siswa yang sudah aktif membaca dan langsung ingin mencoba melakukan kegiatan seperti perintah dalam LKS,tapi ada juga yang diam menonton.

Seperti pada awal pembelajaran Reki berada pada keadaan yang belum mau belajar dan malas mengikuti kegiatan kelompok. Rafima, teman sekelompoknya mulai menegur.” Ayo Rek baca LKS-nya, bantu saya dong, jangan diam saja”, Gerutu Rafima. Dengan terpaksa Reki mulai melirik demi LKS. Setelah ditemukan hal yang menarik dari kegiatan yang dilakukan teman temannya, mulailah minat Reki muncul. Perlahan Ia mulai melakukan kegiatan dan berdiskusi tentang gejala yang timbul setelah meneteskan cuka pada lakmus merah dan lakmus biru. “Kok aneh ya mengapa lakmus biru berubah jadi merah sedangkan yang merahnya tidak berubah. Tapi bila ditetesi air kapur, malah yang berubah lakmus merah jadi biru, sedangkan lakmus biru tetap”, kata Reki aneh. Terbukalah suatu diskusi kelompok untuk membahas gejala yang timbul dan mereka mencatatnya pada tabel pengamatan. Tetapi penyebab terjadinya perubahan itu masih belum dapat mereka temukan dan ada keinginan untuk bertanya kepada guru, tapi keinginan itu hilang.

Sambil berkeliling membimbing kegiatan yang dilakukan siswa kelompok demi kelompok. Saya memperhatikan aktifitas siswa. Saya merasa pembelajaran saat itu berhasil karena saya dapat membaca siswa senang dan betah belajar dari kegiatan eksperimen indicator asam basa ini .

Setelah kegiatan kelompok berakhir saya mulai masuk pada tahap nexus yaitu tahap perumusan rangkuman. Dengan sangat tergesa-gesa, saya langsung memberikan penjelasan, tapi sayangnya penjelasan itu tidak menimbulkan adanya interaksi siswa dengan guru. Informasi banyak bersumber dari guru sehingga guru-lah yang memonopoli pembicaraan. Banyak teori asam basa saya sampaikan secara langsung dan tidak ada kegiatan menggali pengetahuan siswa dari apa yang telah mereka lakukan. Dari raut wajah, banyak siswa yang merasa sulit menghubungkan sejumlah informasi yang diucapkan guru dan kegiatan ini membuat turunnya konsentrasi belajar siswa .

“Dari ketiga macam indikator alami yang kita gunakan hari ini, manakah indikator yang paling baik dan apa alasannya”. Saya mulai mengumpulkan perhatian siswa kembali. Banyak siswa terdiam. Kemudian saya mencoba menunjuk salah satu dari mereka untuk menjawab. Tapi apa jawab mereka ? “Belum Bu, Kami tidak bisa menjawabnya!”

Akhirnya pertanyaan itu saya jawab dan pertegas sendiri setelah tidak saya temukan jawaban tepat dari mereka .Penjelasan itu saya akhiri dengan kesimpulan ciri ciri larutan yang bersifat asam , basa dan netral. Jumlah siswa yang tidak memperhatikan dan mengikuti pembelajaran dengan baik jadi bertambah banyak. Meskipun beberapa pertanyaan dalam LKS dapat dijawab dengan baik, tapi ada beberapa konsep yang belum dipahami, sehingga siswa belum mampu menarik kesimpulan dari percobaan yang mereka lakukan, kemampuan itu hanya terbatas pada beberapa siswa saja. Hal ini terbukti dari hasil test yang diberikan guru.

Saya merasa kecewa. Awalnya saya mengira pembelajaran saat itu berhasil, ternyata tidak. Saya tidak dapat mempertahankan semangat belajar siswa yang justru malah di akhir jam pelajaran

Meskipun sudah saya kuras energi ini untuk membuat siswa mengerti dengan berkeliling membimbing siswa, memberi penjelasan, tapi sia sia belaka karena justru motivasi yang muncul sangat tinggi pada kegiatan elaborasi menjadi sangat cepat menyusut diakhir pembelajaran. Kejadian ini sangat tidak saya harapkan karena mengapa saya tidak dapat mempertahankan semangat belajar siswa. Apa yang harus saya ubah dari pembelajaran ini.